FOR dan FOE, panduan anda memahami audiens

“Frame of Reference: The context, viewpoint, or set of presuppositions or of evaluative criteria within which a person’s perception and thinking seem always to occur, and which constrains selectively the course and outcome of these activities” Fontana Dictionary of Modern Thought (2nd edn: 1988)

Saat ini, kita berada di balik panggung public speaking, menanti datangnya waktu dan tempat yang tepat untuk menghadirkan diri kita sebagai public speaker di hadapan para hadirin. Para hadirin, yang dengan sengaja sudah datang ke gedung ini, untuk melihat dan mendengar apa yang akan kita sampaikan. Tapi tidak dengan kepala yang kosong tak berisi. Melainkan dengan sejumlah pengetahuan dan pertanyaan yang sudah ada sebelumnya. Kita, public speaker, tidak akan berbicara dengan botol kosong.
Hadirin tidak datang seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Hadirin datang seperti seorang anak yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasar atau menengahnya, atau seperti seorang sarjana yang baru saja menyelesaikan pendidikan tingginya. Mereka datang dengan asumsi tertentu, asumsi yang belum tentu sama dengan kita, frekuensinya. Syukurlah bila sama, tetapi seringkali tidak. Tapi justru di sanalah gunanya public speaking. Untuk menghantarkan ide/gagasan/ilmu kepada para komunikan, agar tercapai kesepahaman atau kemudian tindakan.
Frame of Reference (FOR) dan Frame of Experience adalah dua kategori yang melingkupiĀ  semua asumsi yang sudah mengisi hadirin di hadapan anda, public speaker. FOR adalah asumsi-asumsi yang menjadi referensi bagi para hadirin, bahkan setiap orang hadirin. Anda tahu, sewaktu kecil, kita seringkali diberi tahu tentang sesuatu oleh orang tua kita, bahkan sebelum kita melihatnya. Anda tahu, guru geografi anda menceritakan tentang suatu wilayah, yang belum pernah anda kunjungi. Semua itu membentuk persepsi anda tentang sesuatu. Simak quote menarik berikut :
“We are told about the world before we see it. We imagine most things before we experience them. and those preconceptions, unless education has made us acutely aware, govern deeply the whole process of perception” Walter Lippmann Public Opinion NY, Macmillan, 1922 

Frame of Experience (FOE) adalah berbagai pengalaman yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang pernah dilakukan, yang memberikan persepsi pada hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok. Semua FOE telah memberikan asumsi bagi mereka, sesuatu yang perlu anda ketahui, sebelum menghantar ilmu/ide anda kepada mereka. Segala hal yang dialami oleh hadirin, selama itu berupa pengalaman, kita masukkan semua ke dalam kategori ini.
Kedua makhluk ini, FOR dan FOE adalah pembentuk persepsi dan asumsi hadirin kita. Sebagai public speaker, kita harus mengetahui hal ini terlebih dahulu. Ini yang mungkin membedakan, kita sebagai seorang mahasiswa S1 akan terasa lebih sulit untuk menyampaikan ide tentang penelitian ilmiah di hadapan seorang profesor ketimbang puluhan rekan-rekan kita sendiri. Karena profesor, memiliki lebih banyak FOR dan FOE ketimbang rekan-rekan mahasiswa kita yang relatif seumuran.
Simpulannya adalah, ketika anda sedang mempersiapkan public speaking anda di depan khalayak, cobalah uintuk turut mencari tahu, apa saja FOE dan FOR yang sudah menghinggapi mereka sebelumnya. Dengan mengetahui kedua hal ini, akan mudah bagi kita untuk menghantarkan ide/ilmu/gagasan kita kepada mereka.

Leave a comment

Filed under new knowledge

Leave a comment